Filed Under Artikel Motivasi, Cerita Motivasi, Kata Motivasi by thomas
Disuatu
sore hari pada saat aku pulang kantor dengan mengendarai sepeda
motor, aku disuguhkan suatu drama kecil yang sangat menarik, seorang
anak kecil berumur lebih kurang sepuluh tahun dengan sangat sigapnya
menyalip disela-sela kepadatan kendaraan disebuah lampu merah
perempatan jalan di Jakarta .
Dengan membawa
bungkusan yang cukup banyak diayunkannya sepeda berwarna biru muda,
sambil membagikan bungkusan tersebut ,ia menyapa akrab setiap orang,
dari Tukang koran , Penyapu jalan, Tuna wisma sampai Pak polisi.
Pemandangan ini
membuatku tertarik, pikiran ku langsung melayang membayangkan apa
yang diberikan si anak kecil tersebut dengan bungkusannya, apakah dia
berjualan ? “kalau dia berjualan apa mungkin seorang tuna wisma menjadi
langganan tetapnya atau…??, untuk membunuh rasa penasaran ku, aku pun
membuntuti si anak kecil tersebut sampai disebrang jalan , setelah
itu aku langsung menyapa anak tersebut untuk aku ajak
berbincang-bincang. De, “boleh kakak bertanya” ? silahkan kak, kalau
boleh tahu yang barusan adik bagikan ketukang koran, tukang sapu,
peminta-minta bahkan pak polisi, itu apa ?, oh… itu bungkusan nasi
dan sedikit lauk kak, memang kenapa kak!, dengan sedikit heran ,
sambil ia balik bertanya. Oh.. tidak! , kakak Cuma tertarik cara kamu
membagikan bungkusan itu, kelihatan kamu sudah terbiasa dan cukup
akrab dengan mereka.
Apa kamu sudah lama kenal dengan mereka?
Lalu ,
Adik kecil ini mulai
bercerita, “Dulu ! aku dan ibuku sama seperti mereka hanya seorang tuna
wisma ”,setiap hari bekerja hanya mengharapkan belaskasihan banyak
orang, dan seperti kakak ketahui hidup di Jakarta begitu sulit, sampai
kami sering tidak makan, waktu siang hari kami kepanasan dan waktu malam
hari kami kedinginan ditambah lagi pada musim hujan kami sering
kehujanan, apabila kami mengingat waktu dulu, kami sangat-sangat sedih ,
namun setelah ibu ku membuka warung nasi, kehidupan keluarga kami mulai
membaik.
Maka dari itu ibu
selalu mengingatkanku, bahwa masih banyak orang yang susah seperti
kita dulu , jadi kalau saat ini kita diberi rejeki yang cukup , kenapa
kita tidak dapat berbagi kepada mereka.
Yang ibu ku selalu katakan “ hidup harus berarti buat banyak orang “, karena pada saat kita kembali kepada Sang Pencipta tidak ada yang kita bawa, hanya satu yang kita bawa yaitu Kasih kepada sesama serta Amal dan Perbuatan baik kita , kalau hari ini kita bisa mengamalkan sesuatu yang baik buat banyak orang , kenapa kita harus tunda.
Karena menurut ibuku
umur manusia terlalu singkat , hari ini kita memiliki segalanya, namun
satu jam kemudian atau besok kita dipanggil Sang Pencipta,” Apa yang kita bawa”?.
Kata-kata adik kecil ini sangat menusuk hati ku, saat itu juga aku
merasa menjadi orang yang tidak berguna, bahkan aku merasa tidak lebih
dari seonggok sampah yang tidak ada gunanya,dibandingkan adik kecil
ini.
Aku yang selama ini merasa menjadi orang hebat dengan pendidikan dan jabatan tinggi, namun untuk hal seperti ini, aku merasa lebih bodoh dari anak kecil ini, aku malu dan sangat malu. Yah.. Tuhan, Ampuni aku, ternyata kekayaan, kehebatan dan jabatan tidak mengantarku kepada Mu.
Hanya Kasih yang sempurna serta Iman dan Pengharapan kepada Mu lah yang dapat mengiringiku masuk keSurga. Terima kasih adik kecil, kamu adalah malaikat ku yang menyadarkan aku dari tidur nyenyak ku.
(Kasih itu sabar; kasih
itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak
sombong.
Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari
keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan
orang lain. Ia tidak bersuka cita karena ketidakadilan, tetapi karena
kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu,
mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih
tidak berkesudahan.)
Lakukanlah
perkara-perkara kecil, dengan membagikan cerita ini kepada semua orang,
semoga hasil yang didapat dari hal yang kecil ini berdampak besar buat
banyak orang.
Read more: http://www.resensi.net/hidup-untuk-memberi/2008/07/#ixzz22B2ZecZJ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar